Selasa, 28 April 2015

MEMBANGUN KEBERSAMAAN



MEMBANGUN KEBERSAMAAN - KEPEMIMPINAN
( Persfektif  Kebangsaan )
Oleh : Drs. Jamanarik Nainggolan.

Salam Sejahtera untuk kita semua.
Kekuatan kita juga ada pada kebersamaan. Pepatah mengatakan; “Satu lidi mudah dipatahkan, tetapi banyak lidi tidak mudah dipatahkan.”  Pepatah ini berbicara tentang kebersamaan. Kekuatan kita akan menjadi besar dan bahkan bisa sangat besar ketika kita berada dalam kebersamaan.
Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Jadi kebersamaan itu sangat vital, penting sekali bagi umat Tuhan dan gereja-Nya. Kalau kita membangun kebersamaan, maka kita akan hidup rukun. Kerukunan akan mendatangkan berkat dan kesatuan atau persatuan (kebersamaan) akan menghasilkan kuasa atau juga kekuatan.
Ada orang berkata, bahwa kebersamaan itu hanya ada (bisa terwujud) pada kelompok atau golongan tertentu saja. Bagi yang berbeda agama, suku atau rasnya, tidak mungkin ada kebersamaan, kebersamaan saat ini memang sukar diwujudkan. Dan memang kalau kita perhatikan, ada orang atau kelompok yang ekslusif, dimana mereka berkata bahwa kelompoklah yang benar, yang lain tidak benar. Pengajaran yang seperti ini mereka gembar-gemburkan yang membuat kelompok tersebut tertutup dan tidak mau bergabung dengan kelompok lainnya, terutama dalam kegiatan-kegiatan yang dirancang untuk kebersamaan.
Dalam skala kecil, misalnya di Kabupaten Bandung, kita menemukan betapa sulitnya orang bersatu. Dari sekitar 3,4 juta penduduk Kabupaten Bandung, berapa banyak yang mau bersatu untuk membangun bangsa ini, khusus kota Kabupaten Bandung. Orang-orang muda sudah seharusnya melihat jauh ke depan; apa potensi dan apa yang dapat dilakukan oleh orang-orang muda, lebih lagi para pemimpin di kota Kabupaten Bandung ini.
Kebersamaan adalah kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi untuk menjawab tantangan yang sedang terjadi dan yang akan terjadi ke depan.
Kebersamaan ini akan mendatangkan anugrah Tuhan atas bangsa kita, ketika kita duduk bersama, memikirkan dan memecahkan bersama persoalan-persoalan yang sudah terjadi, sedang terjadi, akan terjadi; solusi apa yang kita dapat atau akan lakukan sehingga persoalan-persoalan yang dihadapi oleh bangsa ini dapat dipecahkan bersama.
Tetapi sebenarnya persoalan-persoalan yang sedang terjadi di antara kita ditengah-tengah bangsa ini, sedemikian pelik yang benar-benar telah terjadi saling melukai hati dan atau perasaan di antara kita, yang juga mengakibatkan pengelompokan secara eksklusif. Bangsa ini membutuhkan perhatian yang serius, dimana kebutuhan rohani mereka maupun kehidupan mereka sehari-sehari sangat perlu mendapat perhatian dari hamba-hamba Tuhan dan para Pemimpin yang berhati mulia. Saat ini hal tersebut hampir saja terabaikan, memang hal ini memerlukan perhatian dari kita semua.
Di sebahagian tempat terjadi, bahwa kebersamaan dapat terwujud ketika terjadi mereka sama-sama teraniaya, maka muncul rasa kebersamaan, minta bantuan kepada yang lainnya. Ketika ada badan atau lembaga tertentu yang dapat mengurus, maka kita pun datang kepada mereka. Di Kabupaten Bandung, kebersamaan harus kia wujudkan, di antara berbagai suku, bahasa yang berbeda dan latar belakang sosial dan budaya.
Badan Kerja Sama Gereja-Gereja dan Lembaga Pelayanan Kristiani (BKSG-LPK) dapat membantu mencari solusi atas persoalan tersebut saat ini, maka sudah seharusnya kita mulai bergerak bersama untuk bersatu membangun kota kita. Jadi kita semua harus dapat melihat situasi dan keadaan ini.
Bangsa Kita Membutuhkan Pemimpin yang Berhati Mulia.
Di dalam Kitab Suci, Allah seringkali dikatakan sedang mencari seseorang yang mempunyai ciri tertentu. Bukannya banyak orang, melainkan satu. Bukannya satu kelompok, melainkan satu pribadi. “Kota (Red) sangat membutuhkan pemimpin-pemimpin,” demikian keluh William E. Sangster.
Jika kita ingin memenuhi kewajibannya terhadap generasi yang akan datang, maka kebutuhannya yang sangat mendesak ialah kebutuhan akan seorang pemimpin yang berwibawa, yang rohani dan yang rela berkorban. Berwibawa, karena orang senang dipimpin oleh seseorang yang tahu ke mana ia pergi dan yang membangkitkan kepercayaan. (1)
Bangsa ini milik Allah. Umat juga milik kepunyaan Allah. Sebab Allah sendiri yang telah menciptakan umat-Nya. Ketika manusia memilih untuk menyimpang dari Allah, dengan cara menggadaikan dirinya kepada dosa, Allah sendiri yang datang memberi pengampunan atas dosa-dosa mereka.
Kita adalah hamba-Nya yang dipilihnya untuk melaksanakan seluruh kehendak-Nya di tengah-tengah bangsa ini.
Kepemimpinan adalah proses memotivasi, memobilisasi, memperlengkapi dan mengarahkan orang-orang untuk mengejar visi dari Tuhan yang dinyakini bersama oleh suatu kelompok dengan penuh gairah dan terencana. Seorang pemimpin membuat orang-orang bersukacita akan visi Tuhan. Ini adalah motivasi yang substansial, bukan motivasi yang sekarang menggebu-gebu tetapi besok “melempem”, yang terjadi karena kita meniup-niup “harga diri” orang, atau karena memuji-muji impian satu dimensi mereka tentang kehebatan, yang menyebabkan orang-orang itu terinspirasi secara tidak realistik. (2)
Bangsa ini harus melangkah dalam satu tujuan, dan visi yang diberikan adalah mewujudkan persatuan dan kesatuan bagi bangsa ini, tetapi hal itu juga harus dimulai dari para pemimpin itu sendiri. Seseringkali, justru para pemimpinlah yang menggaburkan tonggak kebersamaan itu ditengah-tengah suatu bangsa. Itulah sebabnya kita benar-benar membutuhkan dan mencari pemimpin yang siap menyingsingkan lengannya dan mau berkorban untuk membayar harga kebersamaan yang Tuhan kehendaki. Kita terus mencari pemimpin yang berhati mulia untuk dapat dipakai Tuhan mewujudkan kebersamaan.
Orang yang mencari visi adalah seseorang yang akhirnya menyadari kegunaan dan harapan yang diperoleh melalui visi Allah untuk hari-hari mendatang. Setelah menempuh perjalanan untuk menemukan visi yang Allah miliki, mereka masih merasa tidak aman mengenai peranan mereka dalam proses ini dan belum merasa yakin terhadap visi itu sendiri. Meskipun demikian, mereka telah melewati masa krisis mengenai konsep visi dan sekarang secara aktif mengejar gambaran yang besar. Mungkin motto yang lazim dipakai oleh orang-orang pada tahap perkembangan ini adalah : “Mestinya hidup lebih dari sekedar ini.” (3)
Adanya visi menuntut kepemimpinan yang kuat, efektif, pejuang visi harus dengan berani dan terus menerus menegaskan kepemimpinannya namun harus mendasarkannya pula pada isi dan komitmen terhadap visi. – George Barna.
Tantangannya sekarang pada kota Kabupaten Bandung, seberapa banyak dari antara jutaan masyarakat yang bersedia memberi diri untuk tujuan membangun kota ini, bukan oleh dirinya sendiri ataupun oleh organisasinya, untuk melaksanakan Pembangunan, sehingga masyarakat yang makmur dan damai di dunia ini terwujud dengan segera. Kita semua bertanya dan terus menerus bertanya-tanya, sampai kapan kita akan mengalami nasip seperti sekarang ini di Indonesia? Berapa banyak lagi yang akan mengalami penyaniayaan, berapa jumlah orang yang akan menjadi korban kekerasan, akibat perlakuan yang semena-mena orang atau kelompok tertentu? Siapa saja yang mau dan rela ambil bagian untuk perduli dan bersedia menjawab tantangan tersebut?
Leroy Eims, dalam bukunya yang berjudul, 12 Ciri Kepemimpinan yang Efektif, menyatakan, empat syarat yang vital yang harus ada pada seorang pemimpin, yaitu :
1.     Kejujuran
2.     Kesetiaan
3.     Kemurahan Hati
4.     Kerendahan hati.
Dua prinsip tambahan secara khusus banyak membantu apabila membina calon-calon pemimpin, yaitu :
1.     Memilih dengan Bijaksana
2.     Investasikan waktu. (4)
                                                                                                                            
Berdoa untuk Pemimpin.
            Kita kekurangan pemimpin yang siap dipakai untuk kebersamaan, persatuan dan kesatuan. Banyak pemimpin yang dapat mengajar dan mengkhotbah kebersamaan, tetapi sangat sedikit yang siap sedia untuk melakukannya.
            Di tempat lainnya, kita banyak  menemukan kasus, bahwa persoalan terjadi di antara para pemimpin dalam suatu bangsa. Pemimpin yang satu menjelak-jelekkan pemimpin lainnya, karena kehendaknya yang tidak tercapai, dlsb.
            Sungguh, kita harus berdoa untuk para pemimpin, sehingga para pemimpin tidak menghalangi atau menghambat rancangan mewujudkan kebersamaan dalam membangun bangsa ini. Yang sering didoakan adalah bangsa dan Negara, para pemimpin pemerintahan, pembangunan, korupsi, keuangan atau yang serupa itu. Jarang didoakan para pemimpin supaya bersatu; yang sakit hati, iri hati, yang saling membenci, atau yang serupa dengan itu, satu sama lainnya supaya bersatu dan bersama-sama meminta, supaya Tuhan memberikan hati yang baru dalam kebersamaan, persatuan dan kesatuan bagi para pemimpin tersebut. Karena itulah yang diharapkan untuk terjadi hari-hari ini. Dan hasilnya akan terlihat, kebersamaan terwujud, pemimpin akan melipatganda juga.
John C. Maxwell, dalam bukunya, Mengembangkan Kepemimpinan di Sekitar Anda menyatakan; Para pemimpin menciptakan dan mengilhami pemimpin-pemimpin yang baru dengan menanamkan keyakinan di dalam kesanggupan-kesanggupan kepemimpinan mereka serta membantu mereka mengembangkan dan mengasah keterampilan-keterampilan kepemimpinan yang tidak mereka sadari bahwa mereka memilikinya. (5)
Jadi kita sangat perlu berdoa dan bergumul untuk para pemimpin, sehingga para pemimpin melaksanakan apa yang benar, jujur dan perduli akan pembangunan bangsa dan negara ini.
Dalam bukunya yang berjudul 21 Kualitas Kepemimpinan Sejati, John C. Maxwell menyatakan, apakah yang harus diketahui semua orang tentang karakter?
1.     Karakter adalah lebih dari sekedar perkataan
2.     Talenta adalah Karunia, namun Karakter adalah Pilihan
3.     Karakter membawa Sukses yang langsung dengan orang lain
4.     Seorang pemimpin tak dapat melampaui keterbatasan Karakternya.(6)
Berapa banyak para pemimpin yang memiliki karakter yang baik? Bangsa ini sangat  membutuhkan Kepemimpinan yang berkarakter, berbudi luhur dan berahlak mulia, maka harapan dalam membangun kebersamaan menuju pembangunan suatu bangsa yang kuat dan bersatu seperti yang kita harapkan akan terwujud.
Larry S. Julian, God is My CEO (Kepemimpinan Melalui Teladan) halaman 120-122, menyimpulkan :
1.     Kepemimpinan melalui Teladan.
Intinya, kita harus mencerminkan sifat yang baik agar dapat dilihat oleh orang lain.
2.     Rasa Hormat.
Setiap pemimpin memiliki keyakinan yang kuat bahwa setiap individu harus diperlakukan dengan penuh rasa hormat dan bermartabat.
3.     Belas Kasih.
Tidak seorangpun dapat mencegah kita untuk berdoa bagi orang lain. Juga tidak seorangpun dapat mencegah kita menjadi siapa kita kecuali diri kita sendiri. (7)

Keluar Kandang dan Bergabung dengan Pemimpin Visioner lainnya.
            Saat ini dicari para pemimpin yang mau mengambil keputusan untuk keluar dari kandang pikirannya yang salah dan bergabung untuk memikirkan bersama dan mencari solusi atas persoalan-persoalan yang sedang terjadi. Kita harus bersatu padu untuk membangun kekuatan sehingga dapat berjalan dengan lancar untuk membangun bangsa ini.
Musuh bangsa ini terus menerus membangun strategi untuk menghancurkan bangsa ini, sementara para pemimpin masih hanya sibuk di dalam. Kita kurang perduli akan penderitaan saudara kita yang lainnya. Banyak pemimpin tidak mau perduli dengan saudaranya yang lain, yang penting mereka sendiri aman. Bahkan ada juga yang senang atas penderitaan orang yang lainnya. Sangat sedikit orang yang perduli.
            Kini saatnya kita harus bergandengan tangan untuk mengerjakan pekerjaan yang sulit ini. Jikalau kita sibuk apalagi sangat sibuk karena urusan pribadi kita, maka bagaimana kita dapat melakukan kebersamaan ini untuk bangsa ini?
Dr. Rubin Adi Abraham menyatakan salah satu fungsi pemimpin adalah berhubungan dengan orang lain secara positif. Pemimpin harus menjalin hubungan persahabatan dengan orang lain, dan berorientasi pada manusia (people oriented). Mereka mengilhami orang lain. (8)
Seorang pemimpin Kristen, disamping harus sudah lahir baru, ia haruslah memiliki kepribadian yang matang/dewasa, antara lain :
-      Jujur
-      Menjaga kesucian
-      Memiliki pendirian rohani yang teguh
-      Disiplin
-      Keberanian
-      Kerendahan hati
-      Rajin, mau bekerja keras
-      Rela berkorban / menderita
-      Kesabaran
-      Memperhatikan
-      Penuh dengan Roh Kudus
-      Hikmat
-      Dapat diteladani. (9)

Kualitas Kepemimpinan yang harus dimiliki :
1.     Berpandangan luas
2.     Penglihatan ke depan (Visi)
3.     Cakap / Terampil
4.     Mampu berkomunikasi dengan baik
5.     Mampu membuat keputusan
6.     Memiliki rasa humor
7.     Bisa marah untuk alasan dan pada waktu yang tepat
8.     Menjalin persahabatan
9.     Kemampuan melaksanakan.
Ketika seorang pemimpin memiliki kepribadian dan kualitas sebagaimana dimaksud tersebut di atas, maka diharapkan telah memenuhi harapan untuk dapat bergabung dengan para pemimpin yang lainnya dalam membangun kebersamaan.


Kesimpulan.

1.     Semua orang harus bersatu, berapapun harganya kita harus bayar untuk persatuan dan kesatuan, sehingga cita-cita kemerdekaan NKRI dapat terwujud.
2.     Bilamana para pemimpin bersatu, maka masyarakatpun akan bersatu.
3.     Kesatuan dan persatuan akan menghasilkan kekuatan yang luar biasa.

Daftar Pustaka :
(1).  Kepemimpinan Rohani, hal. 16,17 – J. Oswald Sanders.
(2).  A Fish Out of Water, hal. 6 – George Barna.
(3).  Visi ke dalam Aksi, hal. 145 – George Barna.
(4).  12 Ciri Kepemimpinan yang Efektif, hal. 61-71 – Leroy Eims.
(5).  Mengembangkan Kepemimpinan di Sekeliling Anda, hal. 11 – John C. Maxwell.
(6).  21 Kualitas Kepemimpinan Sejati, hal. 13,14 – John C. Maxwell.
(7).  God is My CEO, hal. 120-122 – Larry S. Julian.
(8).  Kepemimpinan Kristen dan Trend Global, hal. 50 – Dr. Rubin Adi Abraham.
(9). Kepemimpinan Kristen dan Trend Global, hal. 10-16. – Dr. Rubin Adi Abraham.

Catatan :
Nara Sumber  adalah :
-      Ketua Umum BKSG-LPK Kab. Bandung.
-      Seketaris PGPI Prov. Jawa Barat.
-      Penasehat PGLII Prov. Jawa Barat.
-      Ketua Umum PARTONA Se Bandung Raya.
-      Menyelesaikan S1 dari UNINUS Bandung  tahun 1990.
-   Study akhir di STT Kharisma Bandung.


Sabtu, 25 April 2015

MEMBANGUN JEMAAT LOKAL




PERANAN JEMAAT DALAM MEMBANGUN JEMAAT (GEREJA) LOKAL
( Oleh : Jamanarik Nainggolan )

     

       Shalom,
       Pertama-tama, marilah kita mengucapkan segala puji, syukur dan hormat kepada Tuhan dan Allah kita yang hidup, Tuhan di dalam nama Yesus Kristus, yang telah memelihara dan memberkati kita dari hari yang lalu sampai saat ini, yang juga sampai masa tua kita, Dia Bapa yang baik akan terus memelihara dan memberkati kita semuanya.
       Salam hormat, saya sampaikan kepada kepada Bapak, Ibu, yang memberi perhatian untuk pengembangan Pekerjaan Tuhan di Indonesia, dan diserta rasa percaya diri saya menyapa semua bapak, Ibu yang ada blog ini, bahwa dengan membaca tulisan ini hendaknya membawa dampak keluar, dimana kita melayani di ladang-Nya yang sangat luas dan sudah menguning itu.
         Topik yang akan saya bahas dalam pertemuan kali ini, adalah “Peranan Jemaat dalam Membangun Gereja Lokal.”
          Izinkan saya menyampaikan beberapa hal penting dalam ceramah ini, yang saya harapkan dapat menambah khasanah perbendaharaan kita dalam membangun sebuah gereja lokal. 
Saya percaya bahwa bilamana umat Tuhan, yang Tuhan percayakan untuk kita layani atau kita gembalakan, dapat berperan serta sebagai tubuh Kristus dalam membangun dan mengembangkan kerajaan Allah di bumi ini, seperti doa Tuhan Yesus di dalam Matius 6:9-10 yang menyatakan, Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga, maka Kerajaan Allah akan semakin nyata wujudnya di muka bumi, yang akan di mulai dari gereja lokal, dimana kita sedang melayani, yang terus akan berkembang dan meluas sehingga kita dapat berkata, kosongkan neraka dan penuhkan surga dengan jiwa-jiwa yang diselamatkan Tuhan Yesus Kristus.
                   
Pengertian Jemaat
          Kata "Jemaat" dalam Kitab Perjanjian Baru (PB) diterjemahkan dari kata “ekklesia”, yaitu “ek” yang berarti “keluar dari”, dan kata “kaleoo” yang berarti “dipanggil.” Jadi kata “Jemaat” secara etimologisnya adalah orang-orang yang dipanggil keluar dari kegelapan dunia ini dan masuk ke dalam terang Kristus yang ajaib oleh berita Injil yang ajaib juga.
Sebagaimana dimaksud dalam 1 Petrus 2:9-10, Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.
           Jadi bagi umat Kristen pengertian Jemaat adalah kumpulan Persekutuan orang-orang yang percaya, yang telah ditebus oleh darah Kristus Yesus yang harganya lunas dibayar, dibenarkan dan dikuduskan  sebagaimana di tulis dalam 1 Petrus 1:18-19, Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.
I Korintus 1:2 kepada jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita.

Pembangunan
            Pembangunan mengandung arti, yaitu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya atau tindakan-tindakan secara terencana guna memperbaiki berbagai aspek kehidupan kelompok masyarakat, termasuk kerohaniannya. Pengertian ini mencakup perubahan perilaku, cara berfikir dan atau pola kehidupan dari tingkat yang terendah sampai kepada tingkatan yang lebih baik dan besar.
             Jadi pembangunan gereja lokal, berarti proses melakukan perubahan melalui tindakan membangun jemaat lokal yang dilaksanakan secara terencana guna memperbaiki pelayanan secara menyeluruh menuju kemajuan jemaat itu sendiri.

Gereja
             Pemahaman umum yang banyak diterima orang tentang pengertian gereja adalah gedung sebagai sarana atau tempat orang beribadah. Sedangkan yang penceramah maksudkan disini adalah tubuh Kristus-nya, yaitu kumpulan orang-orang yang percaya, yang berkumpul sebagai tubuh Kristus dalam satu kelompok jemaat lokal, yang meskipun untuk itu dibutuhkan lokasi atau tempat mereka berkumpul atau berhimpun dan bersekutu.
1 Korintus 12:13-14,  Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh. Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota. Gereja adalah suatu ciptaan ilahi di dalam Anak-Nya. Orang dosa yang beroleh selamat mengacu pada perorangan, tetap gereja mengacu kepada sekelompok orang (korporat).[1]  
             Jadi gereja lokal adalah orang-orang yang percaya yang berkumpul di suatu lokasi atau tempat untuk melakukan suatu aktifitas kerohanian yang berkenan kepada Allah Bapa di dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
             Bapak, Ibu, yang di kasihi Tuhan Yesus Kristus yang ada dalam kelas ini.
Sebagai seorang hamba Tuhan, kita perlu memikirkan jemaat yang seperti apa yang akan ada di dalam gereja Tuhan yang kita layani? Apakah kita sudah cukup puas dengan keadaan jemaat yang sekarang ada bersama dengan kita, atau masih kita punya kerinduan untuk melibatkan mereka dalam pembangunan tubuh Kristus? Atau adakah jemaat Tuhan yang ada sekarang sudah sesuai dengan harapan Tuhan sebagaimana dimaksud dalam Alkitab, I Korintus 3:10, Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya.
              Untuk itu kita perlu mengerjakan hal-hal berikut ini :
1.     Kita harus melatih jemaat untuk bertumbuh ke dalam Dia yang adalah kepala, Efesus 4:15 tetapi  
      dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke 
      arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.
2.     Gereja harus melibatkan jemaat Tuhan dalam membangun gereja Yesus Kristus supaya 
      mengalami kemajuan dalam perkembangan kualitas dan kuantitas, dimana kita ditempatkan-Nya 
      untuk tugas itu.
3.     Untuk itu dibutuhkan pelatihan, dan gereja memerlukan kurikulum yang sesuai dengan 
      kebutuhan itu.

Pelatihan Jemaat Tuhan
              Sebagai warja gereja, jemaat memerlukan sutau proses transpormasi bertahap dan berkesinambungan menuju gereja yang dikehendaki oleh Tuhan pada masa kini dan masa yang akan datang. Gereja harus memberdayakan semua warganya dengan berbagai macam talenta-talenta yang dimiliki oleh masing-masing jemaat. Gereja harus bergerak mengoptimalkan hal itu, sehingga gereja dapat bertumbuh dengan melibatkan warga jemaatnya dalam pembangunan gereja lokal, sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan Yesus Kristus.
              Berbagai cara dapat dilakukan dalam melatih jemaat Tuhan. Salah caranya yang dilakuka adalah melalui pemuridan. Lewat cara pemuridan, jemaat dapat diarahkan ke suatu arah tujuan pelayanan supaya mengalami pertumbuhan.
Presiden Amerika Serikat yang terkenal, Abraham Lincoln, pernah berkata, “kalau kita sudah tahu di mana kita berada, dan kemana kita hendak pergi, kita dapat merencanakan apa yang kita harus lakukan dan bagaimana cara melakukannya.” Dalam pemuridan pun kita harus tahu kemana kita akan pergi dan bagaimana kita dapat sampai ke tujuan itu.[2]

Melibat Jemaat Lokal
               Gereja akan mengalami kemajuan dan perkembangan sedemikin ketika warga jemaatnyya dilibatkan dalam pelayanan bersama. Pelayanan bersama membutuhkan kebersamaan pula, yaitu sehati, sepikir, sepennggungan dan satu tujuan. Kita tidak boleh saling membiarkan jemaat untuk tidak terlibat dalam pelayanan gereja lokal, sebab gereja lokal membutuhkan jemaat lokal juga untuk bergerak bersama dalam pelayanan. Mereka memiliki talenta-talenta yang dapat dipakai oleh Tuhan dalam pelayanan.
               Masing-masing jemaat memiliki kapasitasnya masing-masing dalam turut serta membangun jemaat Tuhan. Demikian dengan segala pemikirannya untuk dapat bekerja. Joyce Meyer berkata;
Tahukah Anda bahwa pemikiran bisa bekerja bagi Anda atau melawan Anda, tergantung bagaimana Anda melatih pikiran Anda? Ketika pikiran Anda bekerja bagi Anda, pikiran Anda akan membantu Anda untuk berfikir positif, meraih tujuan-tujuan dalam hidup, dan memikirkan pemikiran-pemikiran yang membuat Anda mampu menikmati keseharian Anda. Namun ketika pikiran Anda melawan Anda, pikiran Anda bisa membuat Anda negatif dan putus asa, menghalangi Anda untuk mencapai apa yang Anda inginkan atau perlukan, dan membuat Anda memiliki pemikiran-pemikiran yang membuat Anda merusak diri senndiri.[3]

Pertanyaannya, adalah ;
1.     Apakah jemaat mau atau tidak mau dilibatkan?
2.     Apakah gereja tidak mengerti melibatkan mereka dalam pelayanan gereja?
3.     Apakah gereja memberikan ruang yang lebih luas kepada warganya untuk terlibat dalam 
      pelayanan gereja?
4.     Apakah ada syarat-syarat tertentu yang disyaratkan oleh gereja tertentu dalam mengiizinkan 
      warganya terlibat dalam pelayanan?
5.     Maukah gereja melakukan perubahan yaitu dengan menerima jemaat lokal terlibat dalam 
      pelayanannya serta melatih dan mendidik mereka sehingga siap melayani Tuhan-nya?
              Semua pertanyaan tersebut diatas hanya dapat di jawab oleh masing-masing gereja dimana kita terlibat dalam pelayanan. Tetapi saya boleh menghimbau setiap pemimpin dalam suatu gereja lokal untuk membuka ruang kepada setiap warga gerejanya dalam memberikan kesempatan kepada warga gerejanya untuk melibatkan mereka dalam pelayanan, atau setidak-tidaknya, kepada kita yang ada di kelas ini, siapa saja, dalam artian apapun keberadaan kita di medan pelayanan kita, supaya menghimbau setiap orang yang memiliki kapasitas sesuai kewenangan mereka untuk membuka akses bagi warga gereja supaya melibatkan mereka dalam pelayanan.
            Beberapa bidang pelayanan yang dapat menjadi gambaran bagi untuk melibatkan warga jemaat dalam suatu gereja lokal, antara lain seperti diungkapkan Pdt. Dr. H. L. Senduk.
Dalam kalangan kita ada 6 tingkat pelayanan Pekabaran Injil, yaitu:
a.     Sekolah Minggu (Kebaktian Anak-anak)..
b.     Kebaktian Remaja.
c.     Kebaktian Pemuda.
d.     Kebaktian Rumah Tangga (Ibadah Keluarga).
e.     Kebaktian dalam Gereja.
f.      Kebaktian dalam Gedung-gedung Umum atau Lapangan Terbuka.[4]
Tetapi masih ada banyak kegiatan pelayanan lainnya yang membutuhkan tenaga pelayanan diluar yang ditulis oleh bapak Pdt. Dr. H. L. Senduk tersebut diatas.

Membangun Kurikulum.
            Belajar menjadi suatu keharusan bagi semua orang. Orang dapat mengerti segala sesuatu adalah lewat belajar. Skinner, seperti dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Educational Psychologi: the Teaching-Leaching Proces, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaftasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif.[5]
            Gereja ternyata membutuhkan kurikulum menuju pembangunan kemajuannya. Ketika kita hendak bergerak dalam melibatkan warga jemaat dalam pelayanan, jemaat yang mau dan atau bersedia, seringkali mendapat kesulitan dalam mengatasi permasalahan yang timbul dalam pelayanan yang mereka terima dan laksanakan itu. kurangnya pengetahuan akan membuat timpang suatu pelayanan. Semangat panggilan kita tidaklah cukup untuk menghantarkan kita kepada keberhasilan. Pelatihan dan pendidikan yang kita terima, bilamana tidak dirancang dengan kurikulum yang baik, sesuai kebutuhan maka akan menghasilkan pelayanan yang tidak opptimal. Sering kita menemukan pepatah yang mengatakan, ‘gara-gara setetes nila, maka rusak susu sebelanga.’ Sedikit kesalahan dapat merusakkan segudang kegiatan yang sudah dilaksanakan. Kekurang mampuan kita untuk memahami, mengerti seluk beluk pelayanan kita, akan membuat kita keliling-keliling seperti umat Israel, yang setidak-tidaknya selama empat puluh hari perjalanan, mereka sudah bisa tiba di Tanah Kanaan, ternyata hingga empat puluh tahun, dengan segala resiko yang sangat fatal, bahkan kematian yang mengerikan. Akhirnya hanya dua orang Joshua dan Kaleb yang tiba di Tanah Kanaan, sedangkan yang lainnya adalah mereka yang lahir di dalam perjalanan itu. Hal yang seperti itupun bisa terjadi dalam pelayanan kita, dimana kita sudah puluhan tahun melayani, namun tidak berkembang karena kurangnya pemahaman dan atau pengetahuan untuk itu, sedangkan ada orang yang baru beberapa tahun saja memulai pelayanannya, karena sudah memenuhi kebutuhan seperti yang dibutuhkan dalam pelayanan itu, pelayanannya cepat berkembang dan mengalami kemajuan.
            Bangunlah Kurikulum sesuai kebutuhan warga jemaat.
Dari kamus Wikipedia (internet) dikatakan bahwa; Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam suatu periode jenjang pendidikan.[6]
Dari pernyataan diatas dapat kita tangkap bahwa ketika gereja membuat kurikulum untuk warga jemaatnya sesuai kebutuhan pelayanannya, maka bisa dipastikan bahwa semua yang terlibat dalam mata pelajaran tersebut akan mendapat pengertian dan penjelasan yang benar, guna membekali mereka dalam melaksanakan tugas, fungsi dan kewajiban pelayanannya dalam sebuah gereja lokal.
Karena itu gereja yang telah melaksanakan pelatihan warga jemaatnya dengan kurikulum yang sesuai kebutuhan mereka, pasti atau setidaknya, gereja itu akan mengalami kemajuan, pertumbuhan dalam pengembangan jemaat lokalnya.

Kesimpuan dan Penutup
             Saya akhirnya menarik kesimpulan, sebagai berikut :
1.     Warga jemaat dalam suatu gereja lokal, masing-masing memiliki talenta-talenta yang yang dapat 
      dipergunakan dalam membangun sebuah gereja lokal.
2.     Warga jemaat dalam sebuah gereja lokal, membutuhkan ruang atau akses yang lebih untuk 
      mereka terlibat atau dilibatkan dalam suatu pelayanan gereja lokal.
3.     Warga jemaat yang menerima pendidikan atau pelatihan dalam membangun suatu gereja lokal, 
      akan lebih efektif bahkan efisien dalam melaksanakan tugas pelayanannya dari pada yang tidak 
      menerima pendidikan atau pelatihan untuk itu.
4.     Melibatkan warga jemaat dalam suatu pelayanan, akan membuat suatu gereja lokal bertumbuh 
      baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.
             Akhir kata bahwa segala sesuatu yang kita rancang dan laksananakan di dunia ini tentullah ada kekurangan alias tidak sempurna, tetapi lebih baik berbuat sekalipun ada kekurangan dari pada tidak berbuat sama sekali yang justru akan membuat kita mandul alias tidak menghasilkan buah.
              Semoga ceramah ini bermamfaat bagi bapak, ibu sekalian.mohon maaf kalau ada yang kurang. Tuhan Yesus Kristus, memberkati kita  semua dengan segala kelimpahan rahmat an anugrah-Nya. Amin.



              [1]Watchman Nee, Penghidupan Orang Kristen yang Normal (Surabaya, Yayasan Perpustakaan Injil, 1992),  224. 
              [2]Carol Fish, Menjadi dan Menjadikan Murid Kristus (Bandung, Kalam hidup, tt.), 85.
              [3]Joyce Meyer, Kekuatan Pikiran (Jakarta Utara, Tangan Pengharapan, 2012), 29.
              [4]Senduk, H.L., Pengkhotbah yang Dinamis (Yayasan Bethel, tt.), 85. 
              [5]Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta, Rajawali Pers, 2013) , 64.
              [6]Wikipedia, Internet.